Membaca tulisan saudara Eko Prasetyo di kolom gagasan harian Jawa Pos tanggal 11 Oktober 2013 tentang silent reading, saya hampir saja protes dan langsung menyatakan ketidaksetujuan saya. Sileny reading atau membaca senyap adalah kegiatan membaca dalam hati. Menurut gagasan Mas Eko, silent reading dapat dilakukan sebelum jam pelajaran dimulai selama 15-30 menit. Satu hal yang saya pikirkan yakni, apa betah murid-murid harus berada dalam kondisi senyap selama waktu itu dengan kegiatan membaca? Saya berani berkata demikian sebab saya pun dulu termasuk murid yang yidak bisa menerima keadaan selama 30 menit harus diam membaca buku dalam hati. Saya saat itu merasa nyaman dan menikmati isi buku jika pada saat membaca, telinga ini mendengar bacaan dari mulut saya.
Ya, ada beberapa anak yang memiliki kondisi serupa dengan saya. Ada yang bisa membaca dalam hati dan biasanya tipe anak seperti ini akan lebih mudah hilang konsentrasinya jika ada suara atau keramaian di sekitarnya. Tipe anak seperti ini biasanya bergaya belajar visual. Ada anak yang menikmatinya dengan mengeluarkan suara lantang hingga terdengar sampai di sudut kelas, tipe anak seperti ini biasanya memiliki tipe belajar psikomotorik. Dan ada pula yang hanya bergumam, nah tipe anak ini biasanya bergaya auditorial.
Namun demikian silent reading tetap harus diajarkan dan dibiasakan kepada anak-anak. Kenapa?
1. Silent reading diperlukan manakala kita membacandi ruang perpustakaan.
2. Silent reading diperlukan ketika kita membiasakan membaca di tempat-tempat umum. Bayangkan jika pada suatu hari ada seseorang yang membaca keras-keras isi berita di koran dengan keras di sebuah stasiun kereta? Bisa jadi satpam akan datang mengusirnya.
Nah, singkatnya pembiasaan silent reading dilakukan untuk membekali siswa dapat terus melakukan aktifitas membaca dimana saja, kapan saja namunnmasih tetap memperhatikan dan sadar kapan dan ada dimana ia sekarang berada. Orang Jawa mengistilahkan, "umpan papan".
Oleh karena itu, agar kegiatan silent reading ini tidak terasa membosankan siswa dapat melakukan aktifitas sedari membaca sebagai berikut:
1. Mendengarkan musik instrumentalia lembut
2. Mencatat atau memberi garis bawah atau memberi warna kata-kata yang penting atau arti kata yang belum ia ketahui maksudnya.
Barangkali dari sobat reader punya ide lain supaya aktifitas silent reading menjadi kegiatan yangntidak membosankan? Silakan bisa dibagi pengalamannya di sini.
ANDA PUNYA BUKU UNTUK DIRESENSI? SMS 087731449424