Gotongroyong merupakan ciri khas bangsa Indonesia. Setiap orang memiliki peran pada saat kegiatan ini.Bapak-bapak dengan tenaganya, Ibu-ibu dengan konsumsinya serta anak-anak pun tak ketinggalan membantu ibu-ibu menyajikan makanan dan minuman untuk para bapak. Konsep gotongroyong ini rupanya dapat kita adopsi untuk pembuatan buku. Ide ini saya dapatkan ketika mengunjungi pameran buku yang diselenggarakan oleh Perpustakaan Daerah Kota Semarang beberapa tahun yang lalu ( maaf lupa tahun berapa hehe ...)
Konsepnya sederhana, setiap orang dapat menjadi penulis dengan menyumbangkan tulisannya. Tulisan tersebut akan dikumpulkan menjadi satu. Pembaca pun dapat memilih tulisan mana yang akan dinikmatinya. Nah, konsep ini saya coba bawa ke ruang kelas bersama dengan anak-anak.
Bagaimanakah pelaksanaannya? Yuk, simak ya!
- Anak-anak membuat tulisan dengan ukuran kertas yang telah disepakati bersama yakni satu lembar kertas buku tulis kecil.
- Tulisan tersebut difotokopi sebanyak jumlah teman di kelas, misalnya 40 jadi mereka memfotokopi sebanyak 40 lembar.
- Sampai di kelas, mereka menyajikan tulisan karyanya di meja masing-masing.
- Waktunya berkelililing, setiap anak berkeliling mengambil tulisan yang akan mereka baca layaknya sebuah swalayan.
- Hasil pengambilan tersebut lalu disusun menjadi satu secara rapih
- Guru membantu mereka menjadikan satu karya tersebut dengan cara memberikan sampul kosong lalu distraples
- Anak-anak kemudian mulai menghias sampul buku masing-masing sesuai kreasinya dengan pensil warna atau crayon.
- Saatnya launching bersama.
Bagaimana? mudah bukan? Dengan demikian tulisan mereka tidak hanya dibaca oleh mereka dan gurunya tetapi juga teman-teman satu kelas. Lihatlah betapa bahagianya mereka ketika tulisannya akan dibaca oleh teman-temannya.
ANDA PUNYA BUKU UNTUK DIRESENSI? SMS 087731449424