Beberapa kalangan menilai komik adalah ancaman dalam kegiatan membaca. Orang cenderung lebih memilih komik manakala disodorkan pada pilihan buku teks atau komik. Pertanyaannya adalah apakah komik bukan bagian dari kegiatan membaca? Ataukah para penikmat komik ini bukan sedang membaca melainkan melihat komik? Membaca komik atau melihat komik?

Membaca dan melihat pada dasarnya memiliki persamaan berupa pengalaman menikmati obyek visual. Mohammad Haddid seorang penggemar komik yang tinggal di Yogyakarta berpendapat bahwa membaca pada dasarnya menikmati sebuah karya berbentuk tulisan sedahgkan melihat cenderung pada konteks menyelami karya non tulisan misalnya lukisan, fotografi, desain dan lain sebagainya. Dalam hal ini komik hadir sebagai media yang mencampurkan unsur tulisan dan non tulisan sebab di dalamnya terdapat perpaduan keduanya sehingga oleh M Haddid komik disebut sebagai medium hybrid.

Seri komik Pak Bei yang hadir sejak tahun 1980 sampai dengan tahun 2005 di harian Jawa Tengah Suara Merdeka adalah salah satu karya media hybrid tersebut. Masyarakat Jawa Tengah tentu mengenal satu tokoh yang digambarkan oleh Masdi ini. Sebuah komik yang selalu ditampilkan tiap hari Minggu ini benar-benar menghibur sekaligus memberikan sindiran halus pada saat itu. Percakapan sehari-hari yang ditunjukkan oleh dialog tokoh Pak Bei, Bu Bei,Nanang dan yang lain memmberikan gambaran tenyang perasaan, keresahan, kegelisahan dan harapan masyarakat di kalangan bawah terhadap kehidupan yang mereka rasakan sebagai warga negara Indonesia. Jika menelisik waktu Pak Bei ditayangakan di suara merdeka, paling tidak Pak Bei telah melewati dua kali orde pemerintahan di Indonesia.
Kekuatan komik Pak Bei ada pada dialog dalam balon kata yang terdiri dari untaian kalimat polos nan menggelitik. Unsur tulisan lebih dominan dalam komik ini, sedangkan gambar berfungsi untuk menegaskan tentang perasaan dan suasana hati tokoh dengan penggambaran raut muka dan ekspresi. Sedikit gambar yang ditampilkan dari kejauhan, rata-rata menampilkan setengah badan dari tokoh.
Pada tahun 2005, ketika Soenardi atau dikenal dengan nama Masdi pencipta komik Pak Bei memutuskan untuk pensiun, kisah ini tak lagi berlanjut. Melalui dialog singkat saya dengan anaknya ternyata buah jatuhnya jauh dari pohonnya. Artinya bakat menggambar komik yang dimiliki oleh Masdi tidak menurun pada anaknya. Anak-anaknya justru lebih mendalami pada bidang yang lainnya. Praktis, kehadiran buku komik Pak Bei ini menjadi sebuah peninggalan berharga bagi sejarah komik di Indonesia. Rak buku di toko yang saat ini banyak terpampang komik dari negara lain sepertinya perlu diimbangi dengan komik dalam negeri. Dalam hal ini saya mengartikan komik dalam negeri yakni komik yang memiliki tokoh khas dari Indonesia seperti Pak Bei dan yang lainnya ( bukan berjenis Manga dll yang dibuat orang Indonesia ).
Jadi kembali ke awal, membaca komik atau melihat komik? Silakan saya serahkan pemahaman ini kepada Sobat. Yang jelas komik merupakan satu karya yang patut untuk dinikmati layaknya buku yang lain dan bukan sebagai teror buku teks serta kegiatan membaca.
Semoga bermanfaat
TETAP SEMANGAT DAN TERUS BERKARYA
Ayo Wujudkan Indonesia Era Baru dengan Membaca Buku
Data Buku:
JUDUL : PAK BEI
PENULIS : MASDI
PENERBIT : SILENG MEDIA PARIWARA
TEBAL HALAMAN: 96 HALAMAN
JIKA SOBAT MENGHENDAKI BUKU KOMIK INI SILAKAN KONTAK SAYA DENGAN MENGISI FORMULIR KONTAK DI SAMPING ATAU DI NOMOR 087731449424.
ANDA PUNYA BUKU UNTUK DIRESENSI? SMS 087731449424